Laman

Kamis, 03 Februari 2011

Polisi Mesir Tembak Mati 17 Penyerang Polisi. Demo Rusuh. Tokoh khwanul Muslimin Ditangkap.Mubarak Hampir Jatuh


KAIRO, RIMANEWS-Polisi Mesir menembak mati 17 orang  yang mencoba menyerang kantor polisi di Kairo, Mesir. Aksi kekerasan ini terus terjadi menyusul statemen Presiden Mesir Hosni Mubarak yang menolak turun tahta.
Seperti dirilis Reuters, insiden ini terjadi Sabtu (30/1/2011) dini hari di distrik Suef Beni di selatan Kairo. Selain menewaskan 17 orang, insiden ini juga mengakibatkan belasan orang lainnya luka-luka.
Dua belas tembakan menjatuhkan para pelaku penyerangan kantor polisi di Biba. Sementara lima orang lainnya ditembak saat menyerang kantor polisi lain di Kota Nasser.
Demonstrasi besar-besaran di Mesir telah berjalan selama lima hari. Demonstrasi menuntut Presiden Mubarak mengakhiri 30 tahun kekuasaannya ini mulai rusuh.
Pernyataan 'tantangan' yang disampaikan Presiden Mubarak yang menolak mundur kian memanaskan suasana. Puluhan ribu massa turun ke jalan-jalan di kota-kota besar di Mesir.
Beberapa kota di Mesir mulai diwarnai aksi penjarahan, pembakaran, dan pengrusakan. Ada beberapa serangan terhadap kantor polisi di Mesir sejak kemarin
ekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Jumat (28/1/2011), mengingatkan Pemerintah Mesir bahwa kebebasan berekspresi harus sepenuhnya dihormati ketika negara tersebut sedang menghadapi gelombang unjuk rasa.
"Kebebasan berekspresi dan hal yang berkaitan harus sepenuhnya dihormati," kata Ban Ki-moon di sela pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss. Hal tersebut menanggapi keputusan Pemerintah Mesir yang memblokir jaringan internet saat menghadapi serangkaian unjuk rasa.
Ban juga menyerukan secara lebih terbuka kepada sejumlah pemerintah di kawasan yang menghadapi gelombang protes, seperti Tunisia, Mesir, dan Yaman, agar mendengarkan suara warganya dan menampik kekhawatiran mereka.
"Saya telah mengamati secara dekat situasi yang terjadi di kawasan itu, mulai dari Tunisia, kemudian Mesir, sekarang Yaman dan lainnya," katanya kepada wartawan di sela-sela pertemuan puncak perdagangan itu. "Apa yang telah saya ucapkan berkali-kali ialah semua orang yang peduli atau para pemimpin harus memastikan bahwa situasi di kawasan itu, terutama di Mesir, sekarang tidak menjadi dan tidak akan semakin bertambah kacau," katanya
IKHWANUL MUSLIMIN
Mesir menangkap anggota Ichwanul Muslimin termasuk sedikitnya  delapan pemimpin senior kelompok itu menjelang protes di seluruh negara, Jumat siang waktu setempat, kata seorang pengacara yang mewakili mereka yang ditahan itu.
Kantor berita AFP menyebutkan 20 anggota kelompok oposisi utama Ichwanul Muslimin telah ditahan. Pengacara kelompok itu Abdel Moneim Abdel Maksoud mengatakan setidaknya delapan tokoh senior ditangkap dalam operasi Jumat subuh, termasuk tiga juru bicara Essam El Erian, Mohamed Mursi dan Hamdy Hassa.
Satu sumber keamanan mengonfirmaikan bahwa pihak berwenang telah memerintahkan untuk melakukan tindakan tegas terhadap kelompok itu Kamis malam. "Kami memerintahkan pasukan keamanan menindak para aktivis Ichwanul Muslimin," kata sumber itu kepada Reuters.
Ichwanul Muslimin tidak berada di belakang protes tiga hari oleh para pemuda yang marah atas kondisi hidup yang miskin, tetapi banyak pengikut kelompok itu diperkirakan akan ikut dalam unjuk rasa setelah  sholat Jumat ini. Pemerintah mengeluarkan peringatan-peringatan kepada para pengunjuk rasa muda dan tidak mengizinkan Ichwanul Muslimin  menggunakan protes-protes itu untuk apa yang pihak berwenang sebut sebagai "agenda tersembunyinya".
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Kamis (27/1/2011), mendesak Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk membuat reformasi yang penting. Desakan itu memperkuat tekanan terhadap sekutu utama AS itu dalam menghadapi protes jalanan yang mengarah kepada kejatuhan Mubarak.
Obama, yang baru buka suara setelah tiga hari pergolakan di Mesir, sangat berhati-hati demi menghindari kesan bahwa AS akan meninggalkan Mubarak. Namun, Obama dengan jelas menyampaikan simpatinya kepada demonstran, yang ia katakan bahwa mereka mengungkapkan "frustrasi yang terpendam" atas kurangnya perubahan yang terjadi.
Obama dan para pembantunya sedang memainkan suatu aksi penyeimbangan yang halus saat pergolakan politik mengguncang Timur Tengah, dari Tunisia, Mesir, Lebanon, dan Yaman. AS ingin memberi kesan bahwa pemerintahannya sebagai penjaga, tetapi sekaligus menunjukkan batas-batas pengaruh AS. Ketika melontarkan poin yang menggambarkan Mubarak sebagai "sangat membantu pada berbagai isu yang sulit", pada saat yang sama Obama mengirim dia pesan yang jelas untuk mengindahkan tuntutan demonstran yang antipemerintah atas hak-hak demokratis yang lebih luas setelah selama beberapa dekade mengalami pemerintahan otoriter.
"Saya selalu berkata kepadanya untuk memastikan bahwa mereka bergerak ke arah reformasi-reformasi politik, reformasi ekonomi, yang merupakan hal mutlak dan penting bagi kesejahteraan jangka panjang Mesir," kata Obama saat ia menjawab pertanyaan dari seorang pendengar online di situs YouTube.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar